“Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad,tidak ada seorangpun baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni Neraka.”(HR Muslim)

13 Desember 2009

KESABARAN BERBUAH MANIS..

1 komentar
KESABARAN BERBUAH MANIS..


Aku adalah gadis yang biasa dididik di lingkungan ‘agamis’, yaitu lingkungan ponpes dari salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Meski orang tuaku tidak begitu paham agama, tapi sejak kecil aku sudah biasa ikut mengaji kesana kemari, mulai dari TPA, mendatangkan ustadz ke rumah sampai akhirnya di ponpes.

Saat SMP aku begitu ingin memakai jilbab saat ke sekolah, karena aku malu jika bertemu teman pondokku di jalan. Tapi aku tidak enak mau minta baju baru ke orang tuaku. SMP kelas 3, di depan rumah guru lesku ada sebuah tempat penyewaan buku-buku Islami. Entah mengapa aku begitu ingin kesana. Akhirnya aku kesana dan menemukan buku-buku tentang hijab wanita muslimah, dari situ aku baru tahu bahwa berhijab itu wajib, bukan hanya pada saat sholat atau pengajian. Aku sama sekali tidak pernah mendapatkan pelajaran tentang hijab selama mengaji di ponpes. Hal tersebut membuat keinginanku untuk berjilbab semakin menggebu-gebu. Aku juga jadi suka membaca buku-buku Islami di luar kitab-kitab kuning yang selama ini kupelajari di ponpes.

Aku juga ingin sekali mondok yang jauh dari rumah agar aku bisa mandiri dan bisa belajar banyak tentang ilmu agama, tapi ayahku tidak mengizinkan, beliau tidak tega karena aku anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara. Akhirnya aku bersekolah di sebuah SMA negeri di salah satu kota di Jawa Timur. Di kelas, aku mendapat teman yang ‘sealiran’, maksudnya sama-sama ngaji di pondok, bahkan dia anaknya kyai. Aku jadi makin bersemangat. Aku merengek-rengek pada orang tua agar aku dipondokkan. Akhirnya aku dipondokkan di ponpes dekat rumah. Saat SMA itu aku sudah mulai berkerudung meski belum sempurna. Di sekolah aku juga menjadi anggota rohis. Dari situ aku tahu juga bahwa pakaian wanita itu harus longgar. Dan aku mulai berproses memakai rok dan gamis yang lebar dan panjang. Suatu hari saat acara keputrian di rohis, aku bertanya pada kakak kelasku yang berjilbab lebar. Aku tanya kenapa ia dan beberapa akhwat senior lain memakai jilbab lebar. Jawabannya sangat mengejutkan, ia menjawab bahwa itu bergantung kenyamanan masing-masing. Dan mereka merasa nyaman dengan jilbab lebar itu. Dari situ akhirnya aku tetap istiqomah dengan kerudung kecilku karena aku merasa nyaman dengan kerudung itu. Sungguh minimnya ilmu agamaku saat itu.

Sekitar 1 bulan mondok, aku tidak tahan karena barang-barangku banyak yang hilang, dan teman-teman sekamarku (sekamar 10 orang) suka meminjam peralatan milikku dan tidak membersihkan/mengembalikannya saat selesai memakai. Intinya mereka menurutku suka ghosob. Aku tidak mau mondok lagi, tapi aku kembali seperti dulu hanya ikut sekolah diniyyah sehabis maghrib sampai jam 09.30 malam.

Kelas XI SMA, aku mulai menjadi pengurus rohis. Biasanya kegiatan-kegiatan di rohis diisi oleh orang-orang haroki. Pada hari yang telah ditentukan, ternyata ‘ustadz’ yang biasanya mengisi kegiatan selalu tidak bisa hadir, sehingga kegiatan sempat vakum beberapa bulan. Suatu hari, ketua rohis mengumumkan bahwa akan diadakan kajian di masjid. Aku sangat bersemangat, meski aku belum tahu siapa yang mengisi kajian tersebut. Hari itu dibahas mengenai makna Laa ilaaha illallooh, suatu bahasan yang tidak pernah kudapatkan sebelumnya. Ustadznya juga membahas tentang bid’ahnya tahlilan, yasinan, barzanji, dll. Aku sangat kaget, karena kegiatan-kegiatan itu merupakan kegiatan rutin di ponpes dan lingkungan rumahku. Tapi hal itu justru membuatku semakin penasaran untuk mendalami apa yang disampaikan ustadz tersebut.

Akhirnya aku tahu bahwa itu adalah kajian bermanhaj salaf. Aku terus mencari tahu melalui bertanya, ikut kajian di sekolah, dan membaca buku-buku yang dipinjamkan oleh teman-temanku yang sudah bermanhaj salaf. Memang sangat bertolak belakang dengan yang aku pelajari selama ini, terutama masalah ‘aqidah. Dari kajian salaf aku tahu bahwa Alloh itu di atas langit. Lalu aku tanyakan hal itu pada orang-orang di pondokku, tapi aku malah kena marah dari mereka. Ketika aku punya pertanyaan, aku selalu menanyakan hal itu pada dua orang, satu pada teman pondokku yang sudah senior, satu lagi kepada ikhwah salaf. Jawaban dari teman pondokku itu selalu tidak masuk akal dan berbau sufi, sedangkan para ikhwah salaf selalu menjawabnya dengan dalil-dalil dan keterangan para ‘ulama. Dari situ aku semakin yakin atas kebenaran manhaj salaf. Tapi saat itu aku belum tahu cara berdakwah yang benar, yaitu dengan lemah lembut. Aku sangat frontal berdakwah pada keluargaku. Aku tidak mau yasinan, tahlilan, dll. Keluargaku marah besar. Semua buku-buku bermanhaj salaf dan kaset-kaset kajian yang kupinjam dari temanku disita oleh orang tuaku dan entah dibuang kemana. Aku juga mulai berjilbab lebar, karena aku sudah tahu bahwa itu dicontohkan oleh istri-istri Rosululloh dan para shohabiyah. Ibuku sangat tidak suka dengan cara berpakaianku saat itu. Apalagi aku tidak pernah melepas jilbabku jika ada non mahrom, meskipun di dalam rumah.

Ayahku melapor pada kepala sekolah tentang kajian salaf di sekolahku itu. Kami yang istiqomah ikut kajian salaf disidang di sekolah. Terutama para ikhwan karena celana mereka jadi cingkrang (di atas mata kaki). Guru agama di sekolahku terus menasihati agar kami tidak terjerumus pada aliran sesat. Kami hanya tersenyum mendengar nasihat itu.

Tapi ujian itu tidak berhenti sampai disini. Aku sendiri disidang oleh ustadz dari ponpes dan ortu memaksaku mengaji pada ustadz tersebut. Kami sempat debat masalah wajibnya hijab, aku tunjukkan dalilnya, dia blingsatan kebingungan bahkan sepertinya dia tidak pernah tahu tentang dalil itu. Lucunya lagi, ustadz tersebut menolak saat aku minta agar dia mengajariku tafsir Ibnu Katsir. Alasannya harga kitabnya mahal, aku tantang bahwa ayahku pasti sanggup membelikannya, dia bingung. Lalu dia jawab bahwa kyai ponpes saja belum pernah belajar tafsir itu dan untuk ‘kelas teri’ sepertiku harusnya belajar tafsir jalalain. Subhanalloh.. begitulah makar ahli bid’ah yang suka ngeyel...

Selain itu, aku dipingit, sekolah diantar jemput dan tidak boleh pergi kemanapun setelah pulang sekolah. Bahkan aku pernah diusir dari rumah oleh orang tuaku. Mereka mengusirku di depan saudara-saudara dan tetanggaku, karena saat itu aku mencoba menjelaskan tentang bid’ah pada mereka. HP-ku juga disita, sehingga aku tidak bisa berhubungan dengan teman-temanku yang bermanhaj salaf. Artikel-artikel bermanhaj salaf di komputerku juga dihapus permanen semuanya. Aku juga pernah dituduh termasuk golongannya teroris yang ngebom disana-sini. Saat itu tiada hari tanpa menangis dan terus memohon pertolongan pada Alloh agar aku bisa terbebas dari semua ini.

Lalu seseorang menasihatiku dengan firman Alloh,

‘Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?’ [QS. AL-ANKAABUT: 2]

Tiada seorangpun yang semakin tinggi derajat keimanannya melainkan pasti akan semakin besar pula ujian yang akan dihadapinya.

Ikhwah salaf lainnya juga menasihatiku agar aku berakhlaq baik terhadap orang tua, tidak frontal dalam berdakwah dan menunjukkan bahwa aku bisa menjadi semakin baik setelah ikut ngaji salaf, serta aku harus SABAR. Aku ikuti nasihat-nasihat dari para ikhwah tersebut. Alhamdulillah.. saat itu nilai-nilai akademikku juga tidak mengecewakan. Aku berusaha berbakti pada orang tuaku selama tidak dalam kemaksiyatan, sambil mendakwahi mereka dengan lemah lembut. Dan tak lupa selalu berdo’a pada Alloh.

Tahun demi tahun berganti, hati orang tuaku luluh.. wal hamdulillah... Setelah masuk kuliah (aku dipaksa kuliah oleh orang tua) aku diperbolehkan ikut kajian salaf, memakai jubah dan berjilbab lebar. Buku-buku bermanhaj salaf juga tidak disita lagi. Aku bebas mendengarkan audio kajian salaf di rumah. Bahkan ayahku mau membelikan buku-buku bermanhaj salaf saat ada Islamic book fair di kotaku. Beliau juga mau membelikan tafsir As-Sa’diy untukku. Alhamdulillah..

Aku sangat bersyukur... Ibuku bahkan sekarang gemar menjahitkan jubah untukku. Aku juga sudah bisa mulai bercadar saat keluar rumah, meskipun saat kuliah belum bisa (karena tidak diizinkan pihak kampus). Orang tua sekarang juga sedikit-sedikit sudah mulai menerima da’wah salaf, meski belum mengamalkannya. Mereka juga mulai sering bertanya masalah dien kepadaku. Wal hamdulillah..

Inilah manisnya buah kesabaran...

Katakanlah, “yang haq pasti akan menang dan kebathilan pasti lenyap.”

--Zahrotul ‘Azizah As-Salafiyyah—

29 Agustus 2009

APA KEUNTUNGAN PEMBERIAN ASI (AIR SUSU IBU)?

0 komentar

APA KEUNTUNGAN PEMBERIAN ASI (AIR SUSU IBU)?


by: zahrotul 'azizah as-salafiyyah



1. MANFAAT BAGI BAYI:

  • Komposisi sesuai kebutuhan. Air susu setiap spesies makhluk hidup yang menyusui itu berbeda-beda sesuai dengan laju pertumbuhan dan kebiasaan menyusu anaknya. Jadi, ASI memang dirancang sedemikan rupa untuk bayi manusia.
  • Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan. Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI cukup sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi normal sampai usia enam bulan.
  • ASI mengandung zat pelindung. Antibodi (zat kekebalan tubuh) yang terkandung dalam ASI akan memberikan perlindungan alami bagi bayi baru lahir. Dapat melindungi bayi dari alergi, kurang darah, rakhitis, gigi rapuh, dan kelebihan berat badan. Antibodi dalam ASI ini belum bisa ditiru pada susu formula.
  • Perkembangan psikomotorik lebih cepat. Berdasarkan penelitian, bayi yang mendapat ASI bisa berjalan dua bulan lebih cepat bila dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.
  • Menunjang perkembangan kognitif. Daya ingat dan kemampuan bahasa bayi yang mendapat ASI lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang diberi susu formula.
  • Menunjang perkembangan penglihatan . Hal ini antara lain karena ASI mengandung asam lemak omega 3.
  • Memperkuat ikatan batin ibu-anak. Rasa aman dalam diri bayi akan tumbuh saat ia berada dalam dekapan ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit yang lembut dan mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang telah dikenalnya selama dalam kehamilan.
  • Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat. Melalui proses menyusui, anak akan belajar berbagi dan memberikan kasih sayang pada orang-orang di sekitarnya.
  • Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri. Terjalinnya komunikasi langsung antara ibu dan bayinya selama proses menyusui akan meningkatkan kelekatan di antara mereka. Rasa lekat dan percaya bahwa ada seseorang yang selalu ada apabila dibutuhkan lambat laun akan berkembang menjadi percaya pada diri sendiri.


2. MANFAAT BAGI IBU:

  • Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula. Hal ini karena hormon progesteron yang merangsang kontraksi otot-otot di saluran ASI sehingga ASI terperah keluar juga akan merangsang kontraksi rahim. Jadi, susuilah bayi segera setelah lahir, agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan dan proses pengerutan rahim berlangsung lebih cepat.
  • Mencegah anemia defisiensi zat besi. Bila perdarahan pasca persalinan tidak terjadi atau berhenti lebih cepat, maka risiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu akan berkurang.
  • Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil. Dengan menyusui, cadangan lemak dalam tubuh ibu yang memang disiapkan sebagai sumber energi selama kehamilan untuk digunakan sebagai energi pembentuk ASI akan menyusut. Penurunan berat badan ibu pun akan terjadi lebih cepat.
  • Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan; dan ibu belum haid.
  • Menimbulkan perasaan dibutuhkan. Rasa bangga dan bahagia karena dapat memberikan sesuatu dari dirinya demi kebaikan bayinya akan memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayinya.
  • Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium. Penelitian membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil bila dibandingkan ibu yang tidak menyusui secara eksklusif.
  • Dapat menjaga keindahan bentuk tubuh ibu. Karena dengan menyusui seorang ibu akan mengalami penurunan berat badan kurang lebih seberat 5 kg dari berat badan sebelumnya.


3. MANFAAT BAGI KELUARGA:

  • Mudah pemberian. ASI selalu tersedia dalam suhu yang sesuai, dan dapat diberikan kapan saja saat bayi merasa lapar.
  • Mengurangi biaya rumah tangga. ASI tidak perlu dibeli, seperti halnya susu formula. Uang untuk membeli susu bisa dialihkan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga yang lain.
  • Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.


4. MANFAAT BAGI NEGARA:

  • Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan. Angka kematian dan kesakitan bayi yang mendapat ASI akan berkurang. Selain itu, dengan tertundanya masa suibur ibu, penggunaan obat/alat KB dapat dihemat untuk beberapa bulan.
  • Penghematan devisa untuk pembelian susu formula dan perlengkapan menyusu. Pemerintah dapat menghemat biaya pengeluaran untuk membeli susu formula, botol, dot, dan bahan bakar minyak/gas yang diperlukan dalam mempersiapkan air panas untuk membuat susu formula.
  • Mengurangi polusi. Pemberian ASI tidak akan menyebabkan terjadinya tumpukan kaleng/karton susu dan pencemaran udara.
  • Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Anak yang jarang sakit dan tumbuh-kembang dengan optimal akan tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berpotensi sebagai SDM yang berkualitas.


Referensi:

- Buku Panduan Manajemen Laktasi, Perinasia

- 100 Tanya Jawab Seputar Kesehatan dan Penyakit Anak, Gara Ilmu

26 Agustus 2009

BERTAUBATLAH, MESKI BERKALI-KALI TERJEBAK DALAM DOSA YANG SAMA

0 komentar

BERTAUBATLAH, MESKI BERKALI-KALI TERJEBAK DALAM DOSA YANG SAMA



Tentu, sangatlah besar dosa orang yang menunda-nunda taubat, atau yang sengaja berniat melakukan dosa, untuk kemudian bertaubat atas dosanya itu. Kita sama sekali tidak dianjurkan melakukan hal itu. Namun, kelamahan jiwa kita sebagai manusia, kadang menjebak kita dalam perbuatan dosa yang sama hingga berkali-kali, dan kita senantiasa bertaubat atas dosa tersebut.


Apakah dalam kondisi demikian kita layak terus bertaubat?


YA, bahkan itu HARUS DILAKUKAN. Meski itu terjadi berkali-kali, seperti disebutkan dalam sebuah hadits qudsi, di mana Allöh berfirman, “Seorang hamba melakukan dosa dan berdo’a, ‘Ya Robbi, aku telah melakukan dosa maka ampunilah aku.’


Robbnya berfirman, ‘Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Robb yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu”


Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga masa yang telah ditentukan Allöh, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang lain. Orang itupun kembali berdo’a, ‘Ya Robbi, aku kembali melakukan dosa, maka ampunilah dosaku.’


Allöh berfirman, ‘Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Robb yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu”


Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga masa yang telah ditentukan Allöh, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang lain. Orang itupun kembali berdo’a, ‘Ya Robbi, aku kembali melakukan dosa, maka ampunilah dosaku.’


Allöh berfirman, ‘Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Robb yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu’... dan silahkan dia melakukan apa yang dia mau...” [Diriwayatkan oleh al-Bukhori dan Muslim lihat: al-Lu’lu’ wa al-Marjan (1754) dan lihatlah: Fathul Baari juz 13 hal. 46 dan setelahnya]


Ini fenomena yang umum terjadi, di masa sekarang ini, dimana senantiasa terjadi tarik-menarik antara kubu para pelaku dosa dan kubu orang-orang yang bertaubat. Masing-masing kubu bersenang hati menerima kehadiran kembali seseorang yang selama ini berpisah dari mereka. Orang-orang yang bertaubat senang menerima hadirnya pelaku dosa yang kembali bertaubat atas dosa-dosanya. Begitu pula, para pelaku dosa akan riang gembira menyambut orang sholih yang kembali menggeluti dosa-dosa lainnya.


Maka, begitu banyak orang yang menjadi korban tarikm-menarik itu. Berapa banyak orang sholih yang akhirnya terjebak dalam dosa, yang dari dosa itu dahulu ia pernah bertaubat. Dan sayangnya, itu terjadi berkali-kali sepanjang hidupnya. Namun, selama ia tulus bertaubat dan ingin memperbaiki diri, tak ada istilah pintu taubat tertutup baginya, selama nyawa belum sampai di kerongkongan, atau matahari belum terbit dari arah barat.


Namun, sekali lagi, hadits itu bukanlah dalil bagi seseorang untuk menunda-nunda taubat, atau meremehkan urusan dosa. Tapi ini fenomena yang bisa saja terjadi pada seseorang, tanpa ia sendiri menginginkannya. Dan bila itu terjadi, ia tidak boleh berhenti bertaubat, selama hayat masih dikandung badan.


Al Qurthubi menjelaskan, ”Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini adalah: kembali berbuat dosa adalah lebih buruk dari ketika pertama kali melakukan dosa itu, karena dengan kembali berdosa itu ia berarti melanggar taubatnya. Tapi kembali melakukan taubat adalah lebih baik dari taubatnya yang pertama, karena ia berarti terus meminta kepada Allöh Yang Maha Pemurah, terus meminta kepada-Nya, dan mengakui bahwa tidak ada yang dapat memberikan taubat selain Allöh...” [Lihat Fathul Baari: 14 : 471. Cetakan: Darul Fikr al Mushawirah As-Salafiyyah]


Sekali lagi, kita sama sekali tidak berhak menunda-nunda taubat, dengan berpegang pada kemurahan Allöh, rahmat dan ampunan Allöh. Allöh memang Maha Pemurah, tapi Allöh juga Maha Perkasa, Maha Hebat siksa-Nya. Kita harus sadar, bahwa kapanpun maut bisa saja menjemput kita.


وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf: 19)


Allöh berfirman, “Sesungguhnya taubat di sisi Allöh hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allöh taubatnya; dan Allöh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allöh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang" Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa’: 17-18)



Ditulis ulang oleh zahrotul 'azizah as-salafiyyah dari: Bonus Majalah NIKAH Vol. 8 Edisi 5, Agustus 2009

25 Agustus 2009

Shohabat Rosululloh Bagaikan Bintang?

0 komentar


SHOHABAT ROSULULLOH BAGAIKAN BINTANG?



Diantara hadits-hadits yang merebak luas pula adalah apa yang diriwayatkan dengan lafadz sebagai berikut:



أَصْحَابِيْ كَالنُّجُوْمِ فَبِأَيِّهِمْ اقْتَدَيْتُمْ اهْتَدَيْتُمْ


“Sahabat-sahabatku adalah bagaikan bintang-bintang (di langit), maka dengan siapapun dari mereka yang kalian mengikutinya, niscaya kalian akan memperoleh petunjuk (kebenaran)”


Hadits ini meskipun dengan ketenarannya, namun ia tidak benar berasal dari sabda Rosululloh Shollalloohu ‘alayhi wa sallam. Bahkan ia merupakan hadits MAUDHU’ (palsu), sebagaimana diterangkan tidak hanya oleh satu ahli ilmu saja.


Kita tidak memerlukan hadits ini. Cukup kiranya kita berpedoman pada hadits-hadits yang disebutkan berkenaan dengan keutamaan para sahabat Rosululloh Shollalloohu ‘alayhi wa sallam --semoga Alloh senantiasa meridhoi mereka semua-- berikut keutamaan hidup mereka. Adapaun kitab-kitab ‘aqidah maupun perihal keluhuran akhlaq para sahabat (manaqib) dalam hal ini sangatlah banyak.


Contoh hadits tentang keutamaan sahabat Rosululloh Shollalloohu ‘alayhi wa sallam:


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian generasi sesudahnya, dan sesudahnya lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian mencela sahabatku. Karena demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, kalau salah seorang di antara kalian menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, maka nilainya tidak akan mencapai satu mud (segenggam tangan) salah seorang mereka, dan tidak juga separuhnya.”

(HR. Bukhari)


Dan masih banyak yang lainnya.

Allöhu a’lam..


Sumber:

Abdul Aziz As-Sadhan. Hadits-Hadits Dha’if Populer. Pustaka ‘Arofah: 2007

--dengan tambahan--

22 Agustus 2009

TUMIS SAWI WARNA-WARNI & TAHU REMPAH

0 komentar

TUMIS SAWI WARNA-WARNI

LAUKNYA TAHU REMPAH, MANTAB!



A. TUMIS SAWI WARNA-WARNI


BAHAN:

  • Sawi hijau 1 ikat dipotong-potong
  • Wortel 2 buah potong serong atau sesuai selera
  • Bunga kol potong-potong ukuran sedang
  • Jamur disuwir-suwir lalu direndam air hangat baru dicuci
  • Telur ayam 1 butir dikocok


BUMBU:

  • 5 siung bawang merah dicincang
  • 2-3 siung bawang putih dicincang
  • Cabe rawit merah sesuai selera dipotong serong
  • Cabe rawit hijau sesuai selera (biarkan utuh)
  • Tomat dipotong acak
  • Garam
  • Gula seujung sdt
  • Kecap manis
  • Penyedap (jika suka)


CARA MEMASAK:

  1. Tumis bawang merah dan bawang putih sampai harum dengan sedikit minyak dan api kecil, masukkan cabe rawit merah dan hijau sampai layu.
  2. Masukkan wortel, tambahkan air secukupnya. Tunggu sampai wortel agak lunak.
  3. Setelah wortel agak lunak, masukkan sawi dan tambahkan sedikit garam supaya warna sawi tetap hijau dan cantik.
  4. Masukkan tomat yang dipotong acak supaya segar.
  5. Masukkan jamur dan bunga kol. Lalu masukkan telur kocok. Tunggu 2-3 menit baru diaduk.
  6. Tambahkan gula, garam, kecap manis dan penyedap.
  7. Sajikan hangat, taburi bawang merah goreng.




B. TAHU REMPAH


BAHAN:

  • Tahu 5 buah / sesuai kebutuhan haluskan
  • Daun bawang dipotong-potong
  • Telur ayam 1 btr


BUMBU DIHALUSKAN:

  • Bawang putih 2 siung
  • Ketumbar secukupnya
  • Garam
  • Penyedap (jika suka)
  • Jika ingin pedas bisa diberi cabe rawit merah


CARA MEMBUAT:

  1. Campur tahu yang telah dihaluskan dengan daun bawang dan bumbu yang dihaluskan.
  2. Masukkan telur lalu aduk sampai rata.
  3. Goreng dengan api sedang sampai berwarna kecoklatan.
  4. Angkat, tiriskan.
  5. Sajikan hangat.



sELaMaT mEnCOba


^__^

21 Agustus 2009

SUP GAMBAS SEDERHANA

0 komentar

SUP GAMBAS SEDERHANA



by: zahrotul 'azizah as-salafiyyah




BAHAN:

  • Gambas / oyong dipotong-potong
  • Kecambah pendek
  • Pentol bakso dipotong jadi 2
  • Telur ayam 2 butir dikocok
  • Seledri
  • Daun bawang dipotong kecil-kecil


BUMBU:

  • Bawang putih 3-4 siung dicincang
  • Jahe 1 ruas dimemarkan
  • Bawang merah goreng
  • Garam secukupnya
  • Penyedap


CARA MEMBUAT:

  1. Rebus air ½ dari panci yang digunakan memasak, tambahkan sedikit garam.
  2. Setelah mendidih masukkan bawang putih cincang & jahe yang telah dimemarkan.
  3. Masukkan gambas, kecambah dan pentol bakso bersama-sama.
  4. Lalu masukkan daun bawang yang telang dipotong-potong. Tunggu sampai mendidih.
  5. Kemudian masukkan telur yang telah dikocok. Tunggu sebentar ± 2 menit supaya telur sedikit menggumpal, setelah itu aduk.
  6. Tambahkan penyedap dan garam secukupnya.
  7. Jika jumlah kuah kurang, bisa ditambah sesuai kebutuhan.
  8. Setelah mendidih, matikan api. Masukkan seledri, aduk. Lalu taburi dengan bawang merah goreng.
  9. Sajikan hangat bersama sambal terasi / tomat, tempe goreng, dan kerupuk udang.





SELAMAT MENCOBA!

^_^

13 Agustus 2009

PUDING KOMBINASI

0 komentar
PUDING KOMBINASI


By: zahrotul ‘azizah as-salafiyyah

BAHAN:
  • Agar-agar swallow warna putih
  • Labu kuning / waluh, dikukus kemudian diblender sampai halus.
  • Gula pasir
  • Gula kelapa, dihancurkan lalu direbus dengan sedikit air.
  • Garam
  • Air
  • Santan
  • Susu kental manis full cream
  • Daun pandan
  • Cocoa van houten (bubuk kokoa larut air), disini sebagai pewarna coklat
  • Pewarna makanan
  • Penguat rasa makanan sesuai selera

KETERANGAN

  • Standar jumlah air yang digunakan untuk 1 bungkus (bks) agar2 disini adalah 4 gelas (menggunakan gelas belimbing)
  • 1 gelas = ± 250 cc - sdm = sendok makan
  • Wadah yang digunakan untuk penyajian adalah cup plastik kecil bertutup.

CARA MEMBUAT

A. LAPISAN DASAR WARNA COKLAT
  1. Rebus 1 bks agar-agar bersama dengan 2 gelas air, 1 gelas santan, 1 gelas gula kelapa dan sedikit garam. Jika kurang manis, tambahkan gula pasir. Aduk terus sampai mendidih.
  2. Setelah mendidih, tambahkan ± 3 sdm cocoa van houten, aduk sampai merata.
  3. Matikan api
  4. Tambahkan penguat rasa coklat / coklat pasta sesuai selera.
  5. Masukkan dalam masing-masing cup sebanyak ± 2 sdm / sesuai selera. Biarkan dingin dan mengeras.
Ket.
  • Perbandingan air, santan dan gula kelapa bisa seperti ini; 2 : 1 : 1 atau 1 : 2 : 1, sesuai selera. Santan pada lapisan ini fungsinya untuk membuat warna menjadi lebih pekat.
  • Jika tidak suka santan, maka bisa diganti dengan susu full cream atau susu kental manis yang rasa coklat. Jadi hanya menggunakan air & gula kelapa dengan perbandingan 3 : 1.
  • Jika menggunakan susu, maka tidak perlu ditambah garam.

B. LAPISAN TENGAH WARNA KUNING TUA
  1. Rebus 1 bks agar-agar bersama dengan 2 gelas waluh, 1 gelas santan, 1 gelas gula kelapa dan sedikit garam serta daun pandan. Jika kurang manis, tambahkan gula pasir. Aduk terus sampai mendidih.
  2. Matikan api.
  3. Tuangkan dalam masing-masing cup sebanyak ± 2 sdm / sesuai selera (di atas lapisan dasar). Biarkan dingin dan mengeras.
Ket.
  • Jika tidak suka santan, maka sebaiknya tidak menggunakan waluh. Bisa menggunakan buah lain dengan diblender sebelumnya. Atau seperti membuat agar-agar biasa dengan diberi rasa dan warna yang berbeda tiap lapisnya.
  • Jika kurang kental, maka waluh bisa ditambahkan.

C. LAPISAN ATAS WARNA PUTIH
  1. Rebus 1 bks agar-agar bersama dengan 2 gelas air, 2 gelas santan dan gula pasir secukupnya. Tambahkan daun pandan. Aduk terus sampai mendidih.
  2. Matikan api.
  3. Tambahkan penguat rasa sesuai selera.
  4. Tuangkan dalam masing-masing cup sebanyak ± 2 sdm / sesuai selera (di atas lapisan tengah). Biarkan dingin dan mengeras.
Ket: Jika tidak suka santan, maka bisa diganti dengan susu full cream, tanpa garam dan daun pandan. Air sebanyak 4 gelas.


D. PENTOL WARNA-WARNI

Khusus untuk pentol, standar 1 bks agar-agar menggunakan 3 gelas air, agar lebih keras.
  1. Rebus 1 bks agar-agar bersama dengan 1 gelas air, 2 gelas santan, gula pasir secukupnya dan sedikit garam. Jika tidak suka santan, maka: 3 gelas air + susu full cream secukupnya + gula pasir secukupnya. Aduk terus sampai mendidih.
  2. Matikan api.
  3. Bagi menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian diberi warna dan rasa yang berbeda sesuai selera.
  4. Cetak masing-masing bagian pada cetakan setengah bola seperti pada gambar.
  5. Setelah dingin dan mengeras, ambil, lalu letakkan dan tata pada permukaan agar-agar yang telah disusun tadi.

Ket: Jika jumlah pentol kurang, bisa membuat lagi dengan cara yang sama.


E. LAPISAN PEREKAT

Jika pentol dipasang begitu saja, maka akan mudah bergeser dan telepas jika ada pengaruh dari sekitar. Maka untuk merekatkan ada caranya:
  1. Rebus 1 bks agar-agar dengan 4 gelas air dan gula pasir secukupnya. Aduk sampai mendidih.
  2. Matikan api.
  3. Tambahkan penguat rasa makanan tanpa pewarna makanan, jadi hasil akhirnya adalah agar-agar berwarna bening.
  4. Tuangkan dalam masing-masing cup sebanyak ± 1 sdm pada permukaan agar-agar yang telah dipasang pentol. Biarkan dingin dan mengeras.
Nah, dengan demikian pentol-pentol tersebut akan tetap bertahan di tempatnya. NB:
  • Setiap penggunaan santan, selalu tambahkan sedikit garam agar gurih.
  • Gula kelapa hanya digunakan untuk agar-agar waluh dan agar-agar yang berwarna coklat / gelap. Karena warna dari gula kelapa ini bisa memberikan pengaruh untuk warna-warna yang cerah.
  • Memasukkan agar-agar ke dalam cup harus menunggu agar lapisan sebelumnya dingin dan mengeras agar tidak tercampur.
  • Jumlah lapisan sesuai selera, yang pasti harus ada adalah lapisan atas warna putih dan lapisan perekat.

Mudah khan.. Semua bahan bisa di dapat di toko terdekat.. Selamat mencoba! ^_^

Berbagi nasihat di FB


 

Ummu Yahya al-Kadiriyyah Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template